SURYAPUTRA
(ADIPATI KARNA)
Adipati Karna
|
Di atas telah dijelaskan secara ringkas apa dan siapa Adipati Karno dan bagaimana nilai-nilai kepahlawanannya. Apa yang dirakit oleh Sri Pakubuwana IV dalam Sekar Dhandanggula pada (bait) ke lima dan enam adalah sebagai berikut:
Wonten malih kinarya palupi; Suryaputra narpati
Ngawangga; Lan Pandawa tur kadange; Len
yayah tunggil ibu; Suwita mring Sri Kurupati;
Aneng nagri Ngastina; Kinarya gul-agul; Manggala golonganing prang; Bratayuda
ingadegken senopati; ngalaga ing Kurawa.
Den mungsuhken
kadange pribadi; Aprang tanding lan Sang Dananjaya; Sri Karna suka manahe; Dene
nggenira pikantuk; Marga denya arsa males sih; Ira Sang Duryudana; Marmanta
kalangkung; Denya ngetok kasudiran; Aprang rame Karna mati jinemparing, Sumbaga
wiratama.
Terjemahan bebasnya kurang lebih sebagai berikut:
Terjemahan bebasnya kurang lebih sebagai berikut:
Ada lagi yang dapat dijadikan
teladan; Suryaputra Senapati dari Ngawangga; Dengan Pandawa masih saudara; Lain
bapak satu ibu; Mengabdi pada Sri Kurupati; Di Negara Ngastina; Dijadikan
andalan; Panglima di dalam perang; Diangkat senapati dalam perang Bharatayuda;
Berperang di pihak Kurawa.
Dihadapkan dengan saudaranya sendiri; Perang tanding melawan
Dananjaya; Sri Karna senang sekali hatinya; Karena bisa memperoleh; Jalan untuk
membalas budi; Sang Duryudana; Maka ia dengan sangat; Mengeluarkan semua
kesaktiannya; Perang ramai dan Karna gugur kena panah; Termasyhur sebagai
prajurit yang utama.
Kesimpulannya adalah:
R Suryaputra adalah Adipati di Ngawangga, dengan Pandawa
masih saudara satu ibu lain bapak (Ayahnya adalah Batara Surya). Sejak lahir
sampai dewasa tidak hidup bersama Pandawa, tetapi dipelihara kusir Adirata.
Karena kesaktian dan kesetiaannya oleh Prabu Duryudana diberikan derajat yang
tinggi. Menjelang perang Bharatayuda Karna dibujuk oleh ibunya untuk berperang
dipihak Pandhawa. Tetapi Karna berkeras bahwa walaupun Pandhawa masih saudara
dan berada di pihak yang benar, tetapi sebagai ksatria ia harus membela raja
yang telah mengangkat derajatnya. Dalam perang tanding dengan Harjuna yang
dalam pedhalangan Jawa menjadi satu lakon tersendiri “Karna Tanding” Karna
mendapat kesempatan untuk membalas budi rajanya. Ia berjuang mati-matian dan
akhirnya gugur di medan laga kena panah R Harjuna (Dananjaya)
PENUTUP
PENUTUP
KGPAA Mangkunegara IV menutup Serat Tripama pada pada (bait)
ke tujuh tetap dengan Sekar Dhandanggula sebagai berikut:
Katri mangka
sudarsaneng Jawi; Pantes lamun sagung pra prawira; Amirata sakadare; Ing lelabuhanipun; Awya
kongsi buang palupi; manawa tibeng nista;
Ing estinipun; Senadyan tekading budya; Tan prabeda budi panduming
dumadi; Marsudi ing kotaman.
Terjemahan bebasnya kurang lebih sebagai berikut:
Ketiga pahlawan tersebut adalah
teladan orang Jawa; Sepantasnya semua perwira; Meneladani semampunya; Tentang
dharmabhaktinya; Jangan sampai membuang keteladanan; Bisa menjadi hina; dalam
cita-citanya; Walau itu tekad pada jaman
dulu; Tidak berbeda budi para manusia; Mencari keutamaan
Kesimpulannya adalah:
Ketiga pahlawan tersebut berada pada
jaman yang berbeda dengan keteladanan yang berbeda pula. Sri Mangkunegara IV
berpesan supaya kita meneladani apa yang telah dilakukan ketiganya semampunya.
Janganlah kita membuang contoh baik tersebut dalam mencari dan menetapi
keutamaan seorang ksatria.
Secara keseluruhan, Patih Suwanda dikenal dengan kautaman triprakaranya: “Guna, Kaya dan Purun”, kepandaian dan ketrampilan, kecukupan sebarangnya serta keberaniannya. Sedangkan Kumbakarna mengedepankan “Bela negara” mungkin ini yang kita kenal dengan “Right or wrong my country”. Adapun Adipati Karna dikagumi karena kesetiaan dan komitmennya: “Setya mring sedya”, berani mengorbankan segala-galanya demi mempertahankan loyalitas dan komitmen walaupun ia sadar sepenuhnya bahwa yang dia bela adalah pihak yang salah. (IwMM)
Secara keseluruhan, Patih Suwanda dikenal dengan kautaman triprakaranya: “Guna, Kaya dan Purun”, kepandaian dan ketrampilan, kecukupan sebarangnya serta keberaniannya. Sedangkan Kumbakarna mengedepankan “Bela negara” mungkin ini yang kita kenal dengan “Right or wrong my country”. Adapun Adipati Karna dikagumi karena kesetiaan dan komitmennya: “Setya mring sedya”, berani mengorbankan segala-galanya demi mempertahankan loyalitas dan komitmen walaupun ia sadar sepenuhnya bahwa yang dia bela adalah pihak yang salah. (IwMM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar